KEPRITANJUNGPINANG

Media Berita Salah Satu Faktor Keunggulan AMAN di Pilkada Kepri 2020

 

Pengamat Politik Kepri, Endri Senopaka, S.Sos, MPM. Foto Ist

PROKEPRI.COM, TANJUNGPINANG – Pengamat Politik, Endri Senopaka S.Sos, MPM menilai, salah satu faktor keunggulan Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, nomor urut 3, H Ansar Ahmad-Marlin Agustin (AMAN) adalah media massa pemberitaan terkhusus online. Meski medianya terlihat sedikit dibanding dua Paslon lainnya, strategi komunikasi yang dibangun media berita tersebut sangat berpengaruh.

“Cukup berpengaruh apalagi di era media online dan media sosial seperti sekarang ini. Jadi media-media berita itu sebagai yang memuat kontennya dan perlu sharing meneruskan berita berita itu melalui media sosial yang sudah ada dan saya rasa cukup gencar aktif juga dengan strategi tulisan, program dan yang pasti akan terlihat. Jadi kalau kita bandingkan unsur mana yang sangat berpengaruh, berartikan ada faktor-faktor baik media massa, kemudian faktor mesin partai dan kemudian faktor figur. Nah kita bisa urutkan itu mana kira-kira dalam kasus Pilkada kepri ini mana yang punya peran penting kalau diurutkan. termasuk jaringan relawan,” kata Endri kepada prokepri, Minggu (13/12/2020).

Kekuatan AMAN, menurut Ketua Stisipol Tanjungpinang ini, dalam hal Pilgub Kepri yakni faktor figur.

“Jadi memang partai politik sendiri ketika membangun koalisi yang dijual akhirnya figur dan menentukan siapa yang menjadi cagub dan cawagub juga berdasarkan figur. Walaupun faktor faktor lain, seperti kepentingan dan sebagainya juga, tentunya berpengaruh gitukan, tapi pada akhirnya kan pada saat pemilih menentukan pilihan, itukan orang melihat pada sisi figur,” ungkapnya.

“Jadi mungkin figur pada pak Ansar yang dianggap punya pengalaman, walaupun semua punya latarbelakang pemerintahan, baik pak Soeryo kemudian Isdianto, nah mungkin punya pertimbangan-pertimbangan lainlah pemilih,” sambung Endri.

Dia juga melihat, kemampuan Ansar Ahmad dalam merawat konstituen juga berpengaruh.

“Pak Ansar mungkin walaupun beliau sudah duduk sebagai DPR RI, namun hubungan beliau dengan pemilihnya tetap terus berlangsung, baik itu turun sendiri ataupun kemudian program-program kerja yang dia peroleh melalui DPR RI itu. Memang betul-betul dia maksimalkan dalam kurun waktu 1 tahun terakhirkan, nah itu juga cukup berpengaruh,” tutur Endri.

Kemudian, masih Endri, disinilah sebenarnya ujian bagi pengurus Partai Politik (Parpol) atau DPP bahkan, melihat kinerja daripada Parpol itu sendiri dan bisa ukur.

“Contoh Soeryo. Kalau kita liat dari Tanjungpinang misalnya, itukan memperoleh suara sekitar 15 ribuan. Sementara Lis Darmansyah sendiri untuk suara dia sendiri saja 19 ribuan. Lalu kemana suaranya?. Harusnya kan menambah. 19 ribu plus dengan hasil dari pada relawan dan sebagainya. Yang terjadi kok malah turun berarti kan jajaran pengurus Parpol, mesin Parpol gak bekerja untuk memaksimalkan suara. Contohnya seperti itu,” bebernya.

Ternyata dipasangan Isdianto, Endri melanjutkan, PKS sebagai salah satu partai pengusung, mesinnya terlihat. Walaupun kemenangan INSANI itu ada di Batam dan Karimun, disitu jelas peran PKS tidak bisa dikesampingkan.

“Karena di Batam jelas basis pendukung Suryani dan PKS itu juga cukup signifikan dan kemudian di Karimun jelas ada pasangan calon yang diusung PKS sebagai calon bupati,” jelasnya lagi.

Endri berpikir hal itu cukup berpengaruh dan bisa dilihat, Parpol mana yang kinerja mesinnya baik. Termasuk juga Ansar Ahmad.

“Mungkin Golkar juga begitu, gitu kan. Nah, di Soeryo kita juga bisa liat, padahal sudah koalisi antara PDIP, Gerindra dan PKB. Tapi kita bisa liat, kita bisa pilahlah berapa suara PDIP, berapa suara Gerindra dan berapa suara PKB. Akhirnya, memang suara pak Soeryo hanya disuppot oleh loyalis PDIP yang tidak memandang siapapun orangnya kan gitu. Karena PDIP ini punya fanatisme sendiri kan. Jadi PDIP ini berkisar 20 sampai 23 persen itu sudah pasti, mau siapapun calonnya, tinggal bagaimana memaksimalkan elektabilitas dan popularitas daripada kandidat,” bebernya.

Endri juga memberikan penilaian tersendiri terhadap kinerja Ketua Golkar Kepri, Akhmad Maruf Maulana plus jajaran. Menurutnya, keunggulan AMAN menjadi salah satu awal yang baik bagi kepengurusannya.

Walaupun, tidak bisa diklaim bahwa ini hasil kinerja Ketua Golkar 100 persen. Karena, selama kurun waktu 10 tahun terakhir figur Ansar Ahmad sudah identik dengan Golkar dan sulit untuk melepaskan itu.

“Jadi mungkin awal yang baik bagi pak Maruf untuk bisa mempertahankan kondisi ini kedepannya setelah sebelumnya mungkin untuk menduduki posisi baik kursi di legislatif dan eksekutif Golkar tidak bisa berkuasa secara penuh. Nah mungkin ini bisa menjadi satu catatan, bagi beliau, tugas berat beliau untuk bisa mempertahankan kedepannya. Tapi kita tidak tau, ketika nanti pak Ansar sudah duduk di eksekutif sebagai gubernur, apakah kemudian golkar sendiri nanti akan mampu kembali untuk mempertahankan dan menjaga kondisi yang baik ini kedepannya,” tutup Endri.

Penulis/editor: yan

Back to top button